Jumat, 21 Februari 2014

Apakah aku bahagia?

Sepanjang ini, dari sejak menjelang siang, hingga perjalanan pulang dari kantor tadi, aku banyak berkontemplasi...cieee..haha..maksudnya melamun denk, tentang salah satu pertanyaan paling penting dalam hidup ini, apakah aku baha.gia saat ini. 

And sadly, aku sampai pada kesimpulan bahwa aku rasanya tidak terlalu bahagia. 

Lalu aku mulai menganalisis mengapa aku bisa sampai pada kondisi ini? Dengan kondisi keduniawianku saat ini, aku harusnya mudah berbahagia. Aku berhasil mendapatkan pendidikan yang baik, meskipun latar belakang keluarga yang sederhana, aku memiliki karier yang baik, bahkan termasuk beruntung jika membandingkan dengan teman-temanku, dengan kompensasi yang cukup baik. Secara finansial, aku tidak kesulitan walaupun tentu bukan konglomerat. Di atas semua itu, aku memiliki keluarga yang baik. Aku memiliki suami yang luar biasa,sepasang anak-anak yang lucu, cerdas,dan sehat, rumah yang mapan. Apa lagi yang kurang coba?

Namun setelah menganalisa, aku menemukan bahwa ada beberapa faktor yang membuatku merasa tidak cukup. 

1. Aku belum menyelesaikan mimpiku. I have not fulfill my circle. 
Aku pernah membaca blog yang menganalisis, bahwa untuk menjadi seorang pemimpin negara yang baik, orang itu harus merasa sudah cukup dengan dirinya, sudah meraih semua mimpinya, dan aku rasanya belum mencapai tahap itu. 

Waktu remaja, aku tergila-gila pada antariksa dan astronomi. Memandang langit malam adalah sumber kedamaianku. Namun ketika memilih major saat kuliah, aku memiliih realitas dan tidak berani mengejar mimpi. Sammpai saat ini, aku tidak tahu apakah keputusanku itu benar. Walaupun aku tidak menyesali kompetensiku saat ini, aku masih sering bertanya-tanya, bagaimana jadinya jika waktu itu aku berani memilih jalanku sendiri. 

Impianku yang lain yang juga belum terwujud adalah kuliah atau stay di luar negeri. Aku dulu di bandung selama 5 tahun,namun sekarang di jakarta, aku sudah tinggal melebihi 8 tahun, bertahan di perusahaan yang sama pula, haha. Aku rindu perubahan, aku membayangkan petualangan, di tempat baru, bertemu orang-orang baru. Di atas semua itu,aku ingin membuktikan diriku bahwa aku pantas mendapatkan beasiswa untuk kuliah di luar negeri. Namun sejak dulu, aku tidak berani mengambil langkah. Aku memikirkan keluargaku, dan sekarang lebih-lebih aku memikirkan anak-anakku. Namun mungkin itu semua hanya kedok saja, toh banyak juga mereka yang telah berkeluarga dan ber-anak memilih untuk melanjutkan kuliah ke luar negeri. entahlah..sejauh ini, aku hanya merasa pengorbanan yang mungkin harus terjadi seperti kehilangan suatu periode dari masa kanak-kanak mereka tidak sepadan dengan impian ini. 

Anyhow, aku rasa faktor ini menyumbang salah satu sisi dari ketidakbahagiaanku, walaupun tidak besar. Sebenarnya ketidakbahagiaan mungkin kata yang pas. aku hanya merasa belum fulfilled.

2. Aku memiliki terlalu banyak kecemasan dan kekuatiran.
Terlebih-lebih sejak memiliki anak, aku rasanya jadi paranoid. Aku cemas akan kesehatan mereka, cemas akan akhlak mereka, cemas akan pola tidur, pola makan, karakter, dan banyak lagi yang lain. Aku sendiri pun merasa, this is too much already. Masa aku lebih hapal periode-periode mereka sakit, daripada periode-periode mereka membuat milestone yang bearti. benar-benar sudah tidak sehat. Namun sampai saat ini pun, aku belum punya cara untuk mengatasi perasaan ini.

di luar itu, banyak kecemasan dan kegamangan kecil yang lain yang hinggap silih berganti dalam pikiranku, bagaimana jika aku mati, bagaimana jika hubby ku mati, begitu banyak penyakit di dunia ini, dan lain-lain, dan lain-lain.

Belum lagi kekuatiran-kekuatiran kecil tentang pandangan orang, tentang moralku yang tidak cukup baik.

3. Aku tidak yakin akan tujuan hidupku.
Benar lo, kadang-kadang aku sampai pada kegamangan tingkat kronis, aku ngapain si hidup, mau cari apa sih. 
hhhh....moga-moga aku bisa segera menata hatiku dan menemukan makna hidup

4. Aku kurang percaya diri dan terlalu dependent.
Terutama setelah berpacaran dan menikah, pelan-pelan aku menjadi semakin dependent dengan suami. kemana-mana ada yang nganterin. Mau ngapa-ngapain, kalau hubby belum kasih lampu hijau, rasanya kadang-kadang aku tidak percaya diri.

Begitu pula dalam mengurus anak, aku bukan ibu super yang bisa mengelola semuanya dengan baik. Kadang-kadang suka stres sendiri..

Yah rasanya kurang lebih itulah penyebab-penyebab kegalauan hatiku, haha..moga-moga dengan menuliskan ini, aku bisa menemukan diriku yang lebih berbahagia...semangattt....

PS. btw, ada ga ya yang merasa seperti aku ini? Atau apa aku ternyata tidak sehat jiwa??? tidaaaaaaaaaaaaaaakk.....